EFEK
FISIOLOGI ARUS
Selisih potensial dan arus listrik memainkan peranan
yang sangat penting dalam system saraf hewan. Konduksi implus saraf pada
dasarnya adalah proses listrik, walaupun mekanisme konduksi itu jauh lebih
rumit daripada dalam material sederhana seperti logam. Sebuah serat saraf atau akson, dimana sebuah implus listrik
dapat berjalan, mempunyai membrane silindris dengan satu fluida konduksi
didalamnya dan fluida konduksi lainnya diluarnya. Dalam kondisi istirahat
satu-satunya benda bermuatan yang dapat melewati membrane itu adalah ion kalium
bermuatan, yang bocor keluar dari akson itu ke sekitarnya. Ini membiarkan
bagian dalam akson itu dengan muatan negative netto dan potensial sebesar
kira-kira -70mV terhadap fluida luar.
Bila sebuah rangsangan listrik
diberikan ke akson itu, membrane itu untuk sementara menjadi lebih permeable terhadap ion-ion lain dalam
fluida itu, yang menimbulkan perubahan selisih potensial local. Gangguan ini
dinamakan potensial aksi, merambat
sepanjang membrane itu sebagai sebuah pulsa dengan laju yang ordenya sebesar 30
m/s. keseluruhan pulsa itu melewati sebuah titik tertentu sepanjang akson dalam
beberapa milisekon, setelah membrane itu pulih kembali dan selisih potensial
itu kembali kenilainya yang semula.
Sifat listrik dari implus saraf
menerangkan mengapa tubuh peka terhadap arus listrik yang diberikan dari luar.
Arus melalui tubuh sekecil 0,1 Ampere saja dapat sangat membahayakan, karena
arus itu mengganggu proses saraf yang pokok seperti proses saraf dalam jantung.
Bahkan arus yang lebih kecil juga dapat sangat berbahaya. Arus sebesar 0,01
Ampere yang melalui lengan atau kaki akan menyebabkan aksi otot kejang yang
kuat dan rasa sakit yang cukup besar; dengan arus sebesar 0,02 Ampere, seorang
yang memegang konduktor yang membebankan sengatan listrik itu biasanya tidak
mampu melepaskan konduktor itu. Arus sebesar ini yang melalui dada dapat
menyebabkan fibrilasi kamar (bilik) jantung, yakni kekejangan otot jantung yang
memompa sangat sedikit darah. Secara mengherankan, arus yang sangat besar
(melebihi 0,1 Ampere) cenderung kurang menyebabkan fibrilasi yang sanag
membahayakan karena otot jantung itu “diapit” dalam satu posisi. Jantung itu
sebetulnya berhenti berdebyut dan lebih cenderung kembali berdenyut normal
ketika arus itu hilang. Defibrillator listrik yang digunakan untuk keadaan
darurat pengobatan memberikan pulsa arus yang besar untuk menghentikan jantung
itu (dan fibrilasi) untuk member kesempatan pada jantung itu memulihkan irama
normalnya.
Fluida tubuh biasanya adalah
konduktor yang cukup baik karena konsentrasi ionnya yang cukup besar. Sebagai
perbandingan, hambatan kulit relative tinggi, berkisar dari 500 kΩ untuk kulit
yang sangat kering sampai kurang lebih 1000 Ω untuk kulit yang lembab, yang bergantung
juga pada luas kontak. Jika R=1000 Ω, sebuah arus sebesar 0,1 A mengharuskan
selisih potensial sebesar 100 V. Seandainya bukan karena hambatan tinggi dari
kulit, maka naterai senter 1,5 V biasa pun dapat menghasilkan kejutan yang
berbahaya.
Sebagai ikhtisar, arus listrik
memiliki 3 macam bahaya berbeda : Interferensi dengan system saraf , cedera
yang disebabkan oleh aksi otot kejang, dan luka bakar karena pemanasan. Pesan
moral dari cerita yang agak mengerikan ini adalah bahwa dibawah kondisi tertentu
tegangan sekecil 10 V pun dapat berbahaya. Semua rangkaian listrik dan
peralatan listrik seharusnya selalu ditangani dengan penuh kehati-hatian.
Pada sisi positifnya, arus
bolak-balik dengan frekuensi yang ordenya sebesar 106 Hz tidak
berinterferensi secara nyata dengan proses saraf dan dapat digunakn untuk
pengobatan melalui pemanasan untuk kondisi penyakit encok, radang membrane
lender, dan penyakit lain. Jika suatu elektroda dibuat sangat kecil, pemanasan
terkonsentrasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk penghancuran jaringan
lokan seperti tumor atau untuk memotong jaringan dalam prosedur pembedahan
tertentu.
Kajian mengenai implus saraf
tertentu adalah sebuah alat diagnosis yang penting dalam ilmu kedokteran.
Contoh yang paling dikenal adalah elektrokardiografi dan electroencephalography. Elektrokardiogram, yang didapat dengan
merekam selisih potensial yang berubah-berubah secara teratur, digunakan untuk
mengkaji fungsi jantung. Elektroda yang diikatkan ke kulit kepala mengirimkan
pengkajian potensial-potensial dalam otak, dan pola yang dihasilkan dapat
membantu dalam mendiagnosis penyakit seperti epilepsy atau tumor otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar