Jumat, 20 Maret 2015

SUPERKONDUKTIVITAS

SUPERKONDUKTIVITAS

            Superkonduktivitas ditemukan dalam tahun 1911 oleh Fisikawan Belanda Heike Kamerlingh Oinnes (1853-1926). Dia menemukan bahwa pada suhu yang sangat rendah, dibawah 4,2 Kelvin, resistivitas air raksi tiba-tiba turun ke nol. Selama 75 tahun berikutnya, suhu tertinggi yang dicapai kira-kira 20 Kelvin. Ini berarti bahwa superkonduktivitas hanya terjadi bila material itu didinginkan dengan menggunakan Helium cair yang sangat mahal, dengan suhu titik didih sebesar 4,2 Kelvin atau hydrogen cair eksplosif (mudah meledak), dengan titik didih sebesar 20,3 Kelvin. Tetapi dalam tahun 1987 Karl Muller dan Johannes Bednorz menemukan sebuah Oksida barium, lanthanum dan tembaga dengan sehu tertinggi sebesar hampir 40 Kelvin, dan perlombaan terus berlangsung untuk mengembangkan material superkonduksi bersuhu tinggi.


            Menjelang tahun 1987 sebuah oksida rumit dari titrium, tembaga dan barium telah diperoleh dan memiliki suhu tertinggi diatas 77 Kelvin yang merupakan titik dididh nitrogen cair, yakni sebuah pendingin (refrigerant) yang selain aman juga tidak mahal. Rekor saat ini (1999) untuk suhu tertinggi adalah kira-kira 160 Kelvin, dan material yang merupakan superkonduktor pada suhu kamar mungkin akan menjadi sebuah kenyataan. Implikasi penemuan ini untuk system distribusi daya,rancangan computer dan transportasi akan sangat banyak. Sementara itu electromagnet superkonduksi yang didinginkan oleh helium cair digunakan dalam akselerator partikel dan beberapa rel kereta api levitas magnet eksperimental. Superkonduktor mempunyai sifat-sifat lain yang luar biasa aneh yang meharuskan sebuah pemahaman mengenai magnetism untuk diselidiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar