SUPERKONDUKTIVITAS
Superkonduktivitas ditemukan dalam tahun 1911 oleh
Fisikawan Belanda Heike Kamerlingh Oinnes (1853-1926). Dia menemukan bahwa pada
suhu yang sangat rendah, dibawah 4,2 Kelvin, resistivitas air raksi tiba-tiba
turun ke nol. Selama 75 tahun berikutnya, suhu tertinggi yang dicapai kira-kira
20 Kelvin. Ini berarti bahwa superkonduktivitas hanya terjadi bila material itu
didinginkan dengan menggunakan Helium cair yang sangat mahal, dengan suhu titik
didih sebesar 4,2 Kelvin atau hydrogen cair eksplosif (mudah meledak), dengan
titik didih sebesar 20,3 Kelvin. Tetapi dalam tahun 1987 Karl Muller dan
Johannes Bednorz menemukan sebuah Oksida barium, lanthanum dan tembaga dengan
sehu tertinggi sebesar hampir 40 Kelvin, dan perlombaan terus berlangsung untuk
mengembangkan material superkonduksi bersuhu tinggi.
Menjelang tahun 1987 sebuah oksida rumit dari titrium,
tembaga dan barium telah diperoleh dan memiliki suhu tertinggi diatas 77 Kelvin
yang merupakan titik dididh nitrogen cair, yakni sebuah pendingin (refrigerant)
yang selain aman juga tidak mahal. Rekor saat ini (1999) untuk suhu tertinggi
adalah kira-kira 160 Kelvin, dan material yang merupakan superkonduktor pada
suhu kamar mungkin akan menjadi sebuah kenyataan. Implikasi penemuan ini untuk
system distribusi daya,rancangan computer dan transportasi akan sangat banyak.
Sementara itu electromagnet superkonduksi yang didinginkan oleh helium cair
digunakan dalam akselerator partikel dan beberapa rel kereta api levitas magnet
eksperimental. Superkonduktor mempunyai sifat-sifat lain yang luar biasa aneh
yang meharuskan sebuah pemahaman mengenai magnetism untuk diselidiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar